Oleh : Dia Wannayu
Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Jambi
Pada tahun 2020 Provinsi Jambi Telah menyelenggarakan Pilkada serentak. Pada saat itu hanya ada tiga paslon yang di Tetapkan KPU. Paslon pertama Fachrori Umar sebagai Gubernur Jambi pada saat itu memustuskan untuk mencalonkan diri kembali sebagai Gubernur jambi yang didampingi oleh Syafril Nursal. Kedua, Al Haris dan Abdullah Sani. Ketiga, Cek Endra dan Ratu Munawaroh. Pada saat itu paslon Syarif Fasha dan Asfari Jaya Bakri juga mencalonkan sebagai Cagub dan Cawagub tetapi gagal mendaftar akibat kurangnya dukungan Parpol. Berdasarkan hasil dari perolehan suara Pilkada serentak 2020 dimenangkan oleh Al Haris dan Abdullah Sani dengan jumlah suara sebanyak 600,733.
Pada tahun 2024 mendatang Provinsi Jambi akan kembali menyelenggarakan Pilkada serentak. Meskipun banyak yang mengatakan bahwa Pemilu 2024 masih lama, tapi permasalahan waktu adalah hal yang sangat relatif tergantung dari bagaimana persiapan yang dilakukan. Politisi yang hanya menunggu Pemilu itu pada 2024 dan tidak melakukan persiapan apapun memang terkesan lama, tetapi untuk para politisi yang mempersiapkan dan memulai perencanaan menganggap bahwa itu adalah waktu yang singkat. Mengingat sekarang sudah di penghujung akhir tahun 2022 dan sebentar lagi akan memasuki tahun 2023, lalu selanjutnya tahun 2024 sudah pemilu dan setelahnya akan di lanjutkan Pilkada.
Pada Pemilu yang akan datang Partai Politik dan anggotanya mempersiapkan dengan matang fase demi fase dan berbagai strategi akan di jalankan. Dari persiapan ini bisa kita rangkum menjadi sebuah tulisan tentang kubu-kubu di Pilgub 2024.
Banyak yang menilai bahwa pada pemilihan 2024 mendatang terdapat dua nama yang mencuat sebagai calon Gubernur 2024. Dua calon tersebut yaitu tentu saja ada Al Haris selaku Gubernur jambi saat ini sebagai sang petahana dan yang kedua, Syarif Fasha sebagai Walikota Jambi, dua nama tersebut merupakan blok yang kuat dan siap untuk melakukannya pertarungan pada Pilgub 2024. Selanjtnya muncul lagi penilaian tentang blok ketiga, yang mana blok ketiga ini diisi oleh ketua-ketua partai yang memiliki eksistensi di kalangan masyarakat. Adapun nama-nama ketua partai yang memiliki eksistensi diantaranya, Edi Purwanto Ketua PDI-P, Cek Endra Ketua DPD Golkar, Sultan Adil Hendra Ketua Gerindra, Bakri Ketua PAN, Syofian Ali Ketua PKB, dan nama Wakil Gubernur Abdullah Sani, dimana blok ini muncul karena akan mengisi celah yang tidak mampu diisi oleh keduanya. Nama-nama diatas merupakan nama yang menjadi blok ketiga.
Mengapa demikian? Al Haris selaku sang petahana akan menjadi sorotan publik karena kerjanya sebagai Gubernur Jambi dan jaringan pendukung yang relative tidak banyak berubah sehingga tetap menjadi sang petahana pada Pilgub 2024.
Meskipun begitu publik sekarang mulai bertanya tentang kinerja sang Gubernur, karena sampai saat ini masyarakat belum menemukan tentang perwujudan jambi mantap. Tidak ada indikator yang di kembangkan oleh sang Gubernur dan kita hanya bisa menunggu tindak lanjut dari sang Gubernur.
Selanjutnya Syarif Fasha sebagai Walikota Jambi tentu saja akan diuntungkan, karena Kota Jambi memiliki beberapa destinasi, dan kaca mata orang yang berada diluar Kota Jambi akan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang hebat. Tetapi di balik itu semua masyarakat yang di Kabupaten lain tidak akan melihat derita orang yang berada di Kota Jambi pada saat banjir tiba dan saat masa pandemi Covid 19 melanda Kota Jambi yang mengakibatkan menurunnya tingkat ekonomi, ditambah lagi minimnya bantan sembako dan uang tunai.
Dari nama-nama yang banyak di perhitungkan semuanya memiliki kekuatan tersendiri di suatu daerah. Beberapa dari nama yang di perhitungkan terdapat dua blok dominan yang siap untuk bertarung pada pemilu 2024. Meskipun begitu, dua blok yang saat ini menjadi blok dominan belum tentu pada pilkada 2024 akan menang dalam pertarungan. Karena banyak yang menilai akan timbul blok ketiga tersebut sehingga apapun bisa terjadi pada pilkada 2024 termasuk blok ketiga berpeluang untuk memenangkan pilkada 2024.
Terakhir, meskipun pada pemilihan sebelumnya seorang calon mengalami kegagalan tidak menutup kemungkinan calon tersebut untung bisa menjabat sebagai kepala daerah. Hal tersebut tergantung dari komunikasi yang dilakukan, yang mana komunikasi ini dapat membuka peluang dimasa yang akan datang.