Menilik Keberadaan Partai Politik Baru Jelang Pemilu 2024

Oleh : Dony Anggara, S.Sos *

Kemunculan parta-partai baru dalam pentas politik di Indonesia bukan merupakan fenomena pertama kali sejak era reformasi. Pasca 1998, sejumlah partai dibentuk dan bersaing memperebutkan suara di pemilu. Era reformasi sistem pemilihan umum (pemilu) lebih menuntut partai-partai agar lebih kompetitif. Kembalinya Indonesia pada sistem multi partai memberikan kesempatan berdirinya partai-partai baru.

Bacaan Lainnya

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia telah membuka pendaftaran dan penyerahan dokumen oleh partai politik peserta pemilu tahun 2024 dari 1 hingga 14 Agustus 2022. Dilansir dari laman Tempo.co per-hari ini (2 Agustus 2022) menurut Komisioner KPU, Betty Epsilon menyatakan saat ini sudah terdapat 47 partai yang telah mendaftar. Masing-masing adalah 39 partai politik nasional dan 8 partai politik lokal Aceh. Dari 47 partai tersebut, terdapat beberapa partai baru yang akan meramaikan pesta demokrasi pemilu 2024 diantaranya, Partai Ummat, Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Partai Pelita, Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora), Partai Rakyat Adil Makmur (Prima).

Jika diamati lebih dalam, kelima partai baru ini masing-masing didirikan oleh wajah-wajah politikus lama yang tidak asing lagi di benak masyarakat. Dikutip dari laman Tempo.co, Partai Ummat dideklarasikan oleh mantan politisi Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais di Yogyakarta pada kamis, 29 April 2021. Selain sebagai pendiri, Amien Rais juga menduduki posisi sebagai Ketua Majlis Syuro sedangkan ketua umum dijabat oleh menantunya yakni Ridho Rahmadi. Selanjutnya, Partai PKN dideklarasikan pada 28 Oktober 2021 dengan ketua umum Gede Pasek Suardika seorang mantan politikus Partai Hanura yang memutuskan untuk hengkang.

Partai Pelita didirkan oleh Mantan Ketua PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin pada 28 Februari 2022. Selain sebagai pendiri, dirinya juga mengambil posisi sebagai Ketua Umum Partai. Kemudian, Partai Gelora yang kerap dianggap sempalan PKS juga didirkan oleh sejumlah mantan tokoh muda yang berpengaruh di PKS pada 10 November 2019. Pimpinan partai ini di isi oleh Anis Matta mantan Presiden PKS sebagai ketua umum, Fahri Hamzah sebagai waketum dan Mahfudz Siddiq sebagai sekjen yang mana keduanya merupakan mantan politisi partai PKS. Terakhir, Partai Prima yang di inisiasi oleh mantan aktivis 98 dan juga sebelumnya dikenal sebagai ketua umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) di era Soeharto yakni Agus Jabo Priyono pada 1 Juni 2021.

Hadirnya partai baru dalam kompetisi pemilu membuat ruang persaingan menjadi ketat karena masing-masing partai akan saling memperebutkan pasar pemilih. Tak banyak partai baru berhasil dalam debutnya dan hanya sedikit yang melangkah jauh menang dan eksis pada pentas politik hingga saat ini. Hal itu di sebabkan karena partai baru akan berhadapan dengan partai lama yang cenderung bisa mempertahankan eksistensinya dan telah melembaga secara menyeluruh baik secara internal maupun eksternal.

Survei terbaru yang dilakukan oleh Indopol dalam surveynya pada Juni 2022, masing-masing partai baru dalam hal tingkat pengenalannya ke masyarakat masih sangat rendah. Hanya dua partai baru yang memiliki tingkat pengenalan yang cukup baik. Keduanya adalah Partai Gelora (14,31 %) dan Partai Ummat (13,33%). Sedangkan untuk elektabilitas, partai baru masih berada dibawah 1 persen. Menjelang kick off pesta demokrasi akbar 2024 dimulai dalam jangka waktu kurang lebih 1,5 tahun kedepan. Masih ada waktu untuk partai baru ini untuk melakukan persiapan yang matang jika ingin sukses berpartisipasi pada pemilu 2024.

Keikutsertaan partai baru menjadi tidak mudah karena harus bersaing dengan partai-partai yang sudah relatif mapan. Sebagai partai baru, tantangan yang dihadapi dalam pemilu adalah bagaimana dengan waktu yang ada untuk sosialisasi secara masif terkait keberadaan partai baru dengan berbagai cara secara gencar pada media komunikasi massa, seperti radio, tulisan dalam kolom-kolom opini media mainstream, dialog publik televisi, turun langsung kepada masyarakat dan sebagainya, kemudian partai-partai ini bisa menjadi rujukan alternatif bagi pemilih.

Keberadaan partai-partai lama juga rata-rata sudah memiliki basis masa sesuai dengan idelogi dan platform masing-masing partai. Dalam survey indopol, salah satu faktor yang membuat masyarakat mau memilih partai politik baru adalah apakah visi-misi nya sesuai dengan ideologi pemilih (14,72%). Untuk itu partai-partai baru haruslah jelas secara ideologi dan siap pula untuk bertarung merebut dan mendapatkan perhatian pemilih dari ceruk partai lain yang berideologi sama dengan menawarkan sebuah kebaruan dan perubahan. Salah satu faktor lain yang dapat membuat masyarakat mau memilih partai baru adalah apakah partai tersebut bisa meyakinkan pemilih untuk melakukan perubahan.

Selain itu, sebelum beranjak menjadi partai politik yang kuat secara politik, juga harus terlebih dahulu menjadi partai politik yang kuat secara manajerial dalam artian mantap secara pelembagaan. Pelembagaan partai politik sebagai mana konsepsi Randal dan Svasand (2022) berbicara mengenai proses pemantapan partai secara internal terkait manajemen partai dan eksternal terkait hubungan partai dengan kosntituen. Jika tidak, narasi dan gagasan besar yang diusung tidak akan memiliki pijakan yang kuat. Terlebih dalam dinamika elektoral yang kian dinamis, penguatan infrastuktur partai adalah modal dasar yang harus dimiliki oleh semua partai politik. Pelembagaan partai dalam hal ini menjadi penting untuk dilakukan oleh partai baru untuk bisa eksis. Penulis beranggapan untuk menghasilkan sebuah partai politik yang baik dapat dimulai dari sistem kepartaian yang baik pula.

Partai baru harus sesegera mungkin dapat memantapkan kesisteman partai terkait struktural partai, menyiapkan sumber daya kader yang mumpuni melalui rekrutmen yang sistematis, membentuk atau membangun basis masa dari berbagai kelompok maupun kalangan terutama dari golongan kaum milenial, membangun jalinan hubungan dengan tokoh ormas atau tokoh politik luar, pengusaha hingga terjadi pertukaran yang sifatnya saling menguntungkan. Partai-partai baru juga harus memunculkan tokoh-tokoh kuat dalam internal di setiap kepengurusan yang potensial untuk mejangkau akar rumput masyarakat dan juga untuk memperoleh angka elektabilitas.

*Penulis Merupakan Ketua Harian DPW Gemasaba Provinsi Jambi

Pos terkait