Jambi– Program Gerakan Pangan Murah (GPM) yang kerap dijalankan oleh pihak-pihak terkait mulai berdampak buruk bagi para pelaku UMKM di Jambi. Bagaimana tidak, harga GPM yang dijual sangat murah bikin merusak harga dipasaran bagi para UMKM terutama bagi Mitra Bulog (RPK).
Diketahui, banyak RPK yang kini menjual harga beras 5 Kg SPHP seharga Rp 63.000 di awal-awal menjadi kehilangan pelanggan akibat harga GPM dijual seharga Rp 60.000 ke warga-warga.
Harga yang begitu murah, tentu dinilai berdampak negatif terhadap pedagang kecil seperti toko kelontong, ritel, hingga masyarakat yang sudah terdaftar sebagai Rumah Pangan Kita (RPK) Bulog. Tak banyak kini, para UMKM terutama Mitra Bulog (RPK) mulai kesulitan dalam penjualan beras SPHP.
Ketua Umum LPKNI, Kurniadi Hidayat kemudian buka suara, dia merespon soal keluhan para pedagang atau pelaku UMKM terutama Mitra Bulog RPK. Meski begitu, Kurniadi juga mengatakan pihaknya mendukung langkah pemerintah dalam upaya menjalankan program pangan murah, apalagi melibatkan institusi penegak hukum, namun, ia menilai implementasinya masih dianggap bermasalah.
Lembaga Perlindungan Konsumen Nusantara Indonesia (LPKNI) juga menyoroti proses pelaksanaan Program Gerakan Pangan Murah (GPM), dalam upaya penyaluran beras merek Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
“Yang sangat disayangkan, penyaluran beras SPHP ini tidak langsung tepat sasaran kepada penerima yang membutuhkan. Selain itu, harga yang dijual di bawah harga pasar membuat pedagang kecil semakin tertekan,” kata Kurniadi, Rabu (17/9/2025)
Berdasarkan survei pasar saat ini, diketahui jika beras SPHP ukuran 5 kilogram dijual melalui program GPM dengan harga Rp.60.000,00. Sedangkan toko kelontong, ritel, maupun RPK harus menjualnya dengan harga Rp.63.000,00 dengan ukuran 5 kilogram.
Kondisi tersebut membuat pedagang kehilangan pembeli, karena masyarakat lebih memilih membeli dari titik penyaluran murah dari institusi tertentu, yang ikut menjual dengan harga lebih rendah, akibatnya, omset pedagang kecil dan ritel turun drastis.
Selain itu, para RPK yang bermitra dengan Bulog juga mengeluhkan kewajiban untuk mengambil paket gandengan berupa minyak goreng, gula, atau beras premium setiap kali membeli beras SPHP.
Aturan ini dinilai memberatkan pedagang kecil yang seharusnya mendapat dukungan penuh dari pemerintah dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
“Beras SPHP dengan harga Rp.63.000, di RPK sebenarnya ditujukan untuk membantu subsidi operasional pedagang kecil. Tapi kenyataannya, harga justru dipukul jatuh oleh oknum pengencer yang membanting harga murah yang dilakukan di luar RPK,” tegas Kurniadi.
Padahal, tujuan utama Bulog adalah menjaga stabilitas harga, memastikan ketersediaan pasokan, melindungi daya beli masyarakat, sekaligus memperkuat UMKM. Namun kenyataan di lapangan, pelaksanaan program justru menimbulkan keluhan dari pelaku usaha kecil yang merasa tersisih.
Masyarakat memang bebas membeli beras SPHP di berbagai titik, dengan aturan sanksi bagi mitra yang menjual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Namun, LPKNI menekankan, berharap agar pemerintah segera melakukan pengawasan ketat dalam mengevaluasi pola penyaluran ke masyarakat agar tidak mematikan pedagang kecil yang sudah resmi bermitra dengan Bulog.
Kemudian, Bulog juga terus berupaya agar tidak terus menerus Mitra nya kesulitan hingga akhirnya gulung tikar.